Senin, 03 November 2014

Lima Peran Penting Seorang Pemimpin

Kepemimpinan adalah fondasi terpenting sebuah organisasi. Kepemimpinan berbicara tentang bagaimana seseorang dapat mempengaruhi dan menginspirasi orang lain—bagaimana seseorang bisa membuat orang lain mau belajar dan bekerja ekstra dengan ikhlas. Banyak orang mengatakan, kemampuan memimpin berhubungan dengan bakat, tetapi yang pasti, kepemimpinan adalah keterampilan yang perlu dilatih—bukan hanya dipelajari ilmu dan teorinya.
Seorang pemimpin berbeda dengan manajer, meskipun keduanya sama-sama memahami bisnis organisasinya dengan baik. Seorang pemimpin bertanggung jawab dalam menciptakan visi organisasi, konsep bisnis, rencana, serta program untuk mencapai target organisasi. Sementara manajer bertanggung jawab dalam penerapan dan pencapaiannya.
Ada perbedaan mendasar antara pemimpin dan manajer. Seperti yang sering kita dengar, “A manager does things right. A leader does the right things.” Manajer bertugas membuat pekerjaan menjadi efisien, sementara pemimpin membuat pekerjaan menjadi efektif. Manajemen berbicara tentang “bagaimana”, sementara kepemimpinan berbicara tentang “apa dan mengapa”. Kepemimpinan melakukan inovasi, sementara manajemen menerapkan aturan. Manajemen berhubungan dengan sistem, kontrol, prosedur, struktur, serta kebijakan; sedangkan kepemimpinan berbicara tentang manusia dan tentang kepercayaan.
Kepemimpinan bersifat kreatif, adaptif, dan berhubungan dengan ketangkasan. Kepemimpinan melihat jauh ke depan dan dari luar organisasi, bukan hanya di permukaan dan di dalam organisasi. Secara singkat, ada lima peranan penting seorang pemimpin dalam organisasi, yakni:
  1. Menciptakan visi
  2. Membangun tim
  3. Memberikan penugasan
  4. Mengembangkan orang
  5. Memotivasi anak buah
1. Menciptakan Visi

Seorang pemimpin bertugas membuat visi bagi organisasinya. Visi adalah pernyataan tentang cita-cita organisasi—apa yang ingin dicapai dan akan menjadi seperti apa sebuah organisasi. Visi harus bisa menyatukan kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dapat memudahkan proses pengambilan keputusan dalam organisasi. Visi akan membantu pemimpin dan timnya dalam menghadapi tantangan perusahaan.

2. Membangun Tim

Seorang pemimpin harus dapat memilih orang-orang yang tepat untuk mengisi posisi yang tepat. Agar tidak sampai salah memilih anggota tim, tidak ada salahnya jika pemimpin meluangkan waktu untuk mewawancarai calon karyawan yang akan direkrutnya.

3. Mengalokasikan Tugas

Pemimpin yang baik mengenal anak buahnya dengan baik. Dia dapat menganalisa anggota timnya dan menempatkan orang yang mumpuni pada posisi yang tepat sesuai dengan kompetensinya. Pemimpin yang baik akan mengalokasikan tugas bagi anggota timnya sesuai dengan keahlian dan passion mereka masing-masing.

4. Mengembangkan Orang

Jaman telah berubah. Dulu, banyak orang yang setia bekerja di satu tempat untuk waktu yang lama. Tetapi sekarang, banyak orang tidak ragu untuk berpindah-pindah tempat kerja karena merasa tidak bisa berkembang di suatu tempat. Mereka ingin belajar dan menjadi lebih pintar. Seorang pemimpin harus memahami hal tersebut. Ia harus bisa membaca potensi orang-orang yang dipimpinnya, serta mengembangkan kemampuan dan value mereka.

5. Memotivasi Anak Buah

Tim yang bersemangat adalah kekuatan bagi organisasi yang sehat. Untuk menjaga semangat tim, pemimpin harus dapat menginspirasi dan memotivasi anak buahnya. Tim yang bahagia dan bersemangat pasti mau bekerja keras dan berusaha maksimal demi mencapai target dan kesuksesan organisasi.

Kerangka Konseptual Kepemimpinan




Ada beberapa dasar teoritis yang berbeda dari kepemimpinan. Awalnya, para pemimpin yang merasa untuk dilahirkan tidak dibuat. Namun, penelitian empiris telah mengkonfirmasikan bahwa kemunculan dan efektivitas kepemimpinan adalah situasional. Dengan demikian seorang pemimpin dipandang sebagai produk zaman dan situasi. Orang dengan kualitas tertentu atau ciri-ciri bahwa situasi membutuhkan akan muncul sebagai pemimpin. Menurut Gibb (1954) kepemimpinan adalah penggunaan kekuasaan dan otoritas dalam kolektivitas, seperti kelompok, organisasi, komunitas bangsa-bangsa. Kekuatan ini dapat ditujukan kepada salah satu dari tiga yang sangat umum dan terkait fungsi: menetapkan tujuan, tujuan atau tujuan dari kolektivitas. Ini berarti bahwa pelaksanaan otoritas melibatkan membuat sesuatu terjadi meskipun orang lain. Dalam mencapai tujuan tersebut, para pemimpin dapat terlibat dalam salah satu kegiatan sebagai berikut: mengkoordinasikan, mengendalikan, mengarahkan, membimbing atau memobilisasi upaya orang lain. Robins (1991) melihat kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah pencapaian yang kelompok dan efektivitas organisasi tergantung pada kualitas kepemimpinannya.

Fielder (1967) mendefinisikan kepemimpinan sebagai efektivitas keberhasilan seorang pemimpin dalam mencapai organisasi gol. Agar efektif, pemimpin harus membantu individu dalam kelompok untuk memuaskan mereka kebutuhan, misalnya dengan memberikan tanggung jawab kepada mereka yang membutuhkan daya tinggi, menutup keterlibatan dengan yang dengan kebutuhan inklusi tinggi dan sebagainya. Oleh karena itu, pemimpin yang paling efektif adalah yang mampu mengatasi kelompok 'masalah yang tergantung pada kemampuan pemimpin untuk membujuk para pengikutnya, yang pada gilirannya tergantung sebagian besar pada seberapa banyak daya yang dimilikinya.
Namun, Perancis dan Raven (1959) mengusulkan lima dasar tindakan pengaruh kekuasaan sebagai berikut:
1.     Kekuasaan Hadiah: ini memungkinkan pemimpin untuk menghargai pengikut yang melayani tujuan, seperti ia menurunkan kepatuhan instrumental.
2.     Kekuasaan Koersif: ini memungkinkan pemimpin untuk menghukum pengikut yang gagal untuk melayani tujuan, karena dia menggunakan paksaan untuk menurunkan kepatuhan.
3.     Kekuasaan yang sah: ini didasarkan pada hak formal yang satu menerima akibat memegang posisi otoritatif atau peran dalam sebuah organisasi, dengan demikian pemimpin berasal kepatuhan melalui permintaan yang sah.
4.     Kekuasaan Ahli: ini didasarkan pada kemahiran pemimpin di lapangan beberapa atau beberapa keterampilan khusus atau pengetahuan; dengan demikian pemimpin berasal kepatuhan melalui rasional dan iman persuasi rasional.
5.     Kekuasaan rujukan: ini didasarkan pada identifikasi para pengikut 'dengan kekaguman kepemimpinan; dengan demikian pemimpin berasal kepatuhan karena kasih sayang pribadi pengikut.

Ukuran yang paling umum digunakan efektivitas kepemimpinan adalah sejauh mana pemimpin itu dalam kelompok atau organisasi melakukan tugasnya berhasil dan mencapai tujuannya. Oleh karena itu, manajerial efektivitas kepemimpinan adalah jenis arah mana seseorang dapat memberikan kepada sekelompok orang di bawah dia sedemikian rupa sehingga kelompok akan mencapai tujuannya dengan yang paling bijaksana dan ekonomi menggunakan semua sumber daya dengan pembuangan. Sebagai bisnis seperti dalam bahasa, kriteria praktis untuk mengukur efektivitas kepemimpinan selalu sama, terlepas dari situasi. Kriteria ini meliputi: pemimpin kemampuan untuk mencapai target output, hasil keuangan yang baik; keadaan moral dan disiplin dalam area pemimpin komando, dan sejauh mana pemimpin membantu organisasi atau unit untuk mencapai tujuan secara keseluruhan.


PERTANYAAN
1.     Di sini telah disebutkan ukuran penilaian, yang ingin saya tanyakan yaitu, mengapa suatu ukuran ini di perlukan dalam membandingkan suatu kepemimpinan.
2.     Ukuran apakah yang paling banyak digunakan dalam mengukur suatu proses kepemimpinan.

Peran Kepemimpinan Dalam Organisasi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Peranan pimpinan dalam suatu organisasi itu sangatlah penting karena keberadaan pimpinan yaitu menjadi palang pintu atau menjadi salah satu ujung tombak dari keberhasilan dalam berorganisasi. Salah satu tugas atau peran piminan yaitu harus bisa mengelola konflik dalam organisasi yang dipimpinnya sehingga setiap konflik itu bisa diselesaikan dengan baik dan tidak ada yang merasa dirugikan. Pimpinan adalah seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran organisasi.
Posisi pimpinan menjadi sangat krusial bila Direktur atau Deputy dan diharapkan mempunyai peranan dalam meningkatkan serta menjaga keseimbangan dalam organisasi. Bak panglima perang di era global yang sarat kompetisi, seorang manajer mengemban tugas menjamin ketersediaan, keakuratan, ketepatan, dan keamanan informasi serta pengaturan organisasi yang baik serta yang dibutuhkan oleh organisasi untuk mencapai tujuan organisasi sekaligus meningkatkan eksistensi organisasi di tengah-tengah lingkungannya. Keberhasilan menjalankan tugas ini mensyaratkan pimpinan mempunyai kemampuan multidisiplin, antara lain: teknologi, bisnis, dan manajemen, serta kepemimpinan.
Berbagai kemampuan tersebut memang harus dimiliki oleh seorang pimpinan. Apalagi, tantangan sebagai pimpinan tidaklah ringan. Pertama, implemetansi organisasi memerlukan proses transformasi baik proses perkembangan suatu organisasi. Di sini informasi adalah hasil pengolahan data yang relevansinya sangat tergantung kepada waktu. Kedua, kesiapan SDM untuk dapat memanfaatkan peluang yang memerlukan pengembangan kompetensi baru dan disiplin. Ketiga, pengelolaan perubahan (change management) baik yang sifatnya sistemik maupun ad hoc. Selain itu manajer harus mencari solusi menyusul dampak dari perubahan.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Menjelaskan pengertian peranan kepemimpinan dalam organisasi
b.      Menjelaskan macam-macam peranan kepemimpinan
c.       Peranan kepemimpinan dalam mengendalikan konflik

1.3  Tujuan penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata kuliah,disamping itu juga dengan adanya makalah ini diharapkan bisa dijadikan sebagai bahan reverensi untuk menambah pengetahuan khususnya tentang “Peranan kepemimpinan dalam organisasi”.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Peran Kepemimpinan
Sebelum membahas tentang macam-macam peran kepemimpinan terlebih dahulu kita akan memaparkan tentang pengertian peran kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan adalah adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan[1]. Dalam pengertian lain kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi orang lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan  pengertian manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya dari anggota organsasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya[2].
Dalam kerangka manajemen, kepemimpinan merupakan sub sistem dari pada manajemen. Karena mengingat peranan vital seorang pemimpin dalam menggerakan bawahan, maka timbul pemikiran di antara para ahli untuk bisa jauh lebih mengungkapakan peranan apa saja yang menjadi beban dan tanggung jawab pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya.
 Pengertian peran itu sendiri adalah adalah perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu. Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan kepemimpinan adalah seperangkat perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang pemimpin.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan dapat berperan dengan baik, antara lain:
a.       Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan pengangkatan atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang bersangkutan
b.      Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang
c.       Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi
d.      Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui pertumbuhan dan perkembangan.
e.       Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap anggota mau menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk mencapai tujuan organisasi.



Beberapa peran/fungsi kepemimpinan adalah sebagai berikut:
1.      Fungsi Perencanaan
Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi.
Manfaat – manfaat tersebut antara lain :
a.       Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam pekerjaanuntuk memutuskan apa yang akan dilakukan
b.      Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan disertai keputusan – keputusan yang berdasarkan atas fakta – fakta yang diketahui
c.       Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan yang akan dilakukan dan tujuan atau target yang akan dicapai.
Setiap rencana yang baik akan berisi :
a.       Maksud dan tujuan yang tetap dan dapat dipahami
b.      Penggunaan sumber – sumber enam M secara tepat
c.       Cara dan prosedur untuk mencapai tujuan tersebut
2.      Fungsi memandang ke depan
Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat berlangusng terus menerus tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin harus peka terhadap perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar organisasi sehingga mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil maupun yang besar.
3.      Fungsi pengembangan loyalitas
Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga unutk para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari – hari yang menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.

4.      Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan – hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang elah ditetapkan dalam rencana .



5.      Fungsi mengambil keputusan
Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan. Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya.

6.      Fungsi memberi motivasi
Seorang pemipin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak buahnya. Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi anak buahnya agar rajinbekerja dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa ganjaran, hadiah, piujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya.

Di lain pihak, seorang pemimpin harus berani dan mampu mengambil tindakan terhadap anak buahnya yang menyeleweng, yang malas dan yang telah berbuat salah sehingga merugikan organisasi, dengan jalan memberi celaan, teguran, dan hukuman yang setimpal dengan kesalahannya. Untuk melaksanakan fungsi fungsi ini sebaik- baiknya, seorang pemimpin perlu menyelenggarakan daftar kecakapan dan kelakuan baik bagi semua pegawai sehingga tercatat semua hadiah maupun hukuman yang telah diberikan kepada mereka.

2.2  Macam-Macam Peranan Kepemimpinan
1.      Peran Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan
Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin. Sehingga jika seorang pemimpin tidak mampu membuat keputusan, seharusnya dia tidak dapat menjadi pemimpin.
Dilain hal, pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku mencerminkan karakter bagi seorang pemimpin. Oleh sebab itu, untuk mengetahui baik tidaknya keputusan yang diambil bukan hanya dinilai dari konsekuensi yang ditimbulkannya, melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya. Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan, sehingga:
Teori keputusan merupakan metodologi untuk menstrukturkan dan menganalisis situasi yang tidak pasti atau berisiko, dalam konteks ini keputusan lebih bersifat perspektif daripada deskriptif
a.     Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana seorang manajermemperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser jawaban untuk menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data; manajer, secara individual dan dalam tim, mengatur dan mengawasi informasi terutama informasi bisnisnya.
b.     Pengambilan keputusan adalah proses memilih di antara alternatif-alternatif tindakan untuk mengatasi masalah.
2.      Peran Kepemimpinan Dalam Membangun Tim
Kepemimpinan didefinisikan sebagai proses untuk memberikan pengarahan dan pengaruh pada kegiatan yang berhubungan dengan tugas sekelompok anggotanya. Mereka yakin bahwa tim tidak akan sukses tanpa mengkombinasikan kontribusi setiap anggotanya untuk mencapai tujuan akhir yang sama.
Adapun peranan pemimpin dalam tim adalah sebagai berikut:
a.       Memperlihatkan gaya pribadi
b.      Proaktif dalam sebagian hubungan
c.       Mengilhami kerja tim
d.      Memberikan dukungan timbal balik
e.       Membuat orang terlibat dan terikat
f.       Memudahkan orang lain melihat peluang dan prestasi
g.      Mencari orang yang ingin unggul dan dapat bekerja secara kontruktif
h.      Mendorong dan memudahkan anggota untuk bekerja
i.        Mengakui prestasi anggota tim
j.        Berusaha mempertahankan komitmen
k.      Menempatkan nilai tinggi pada kerja tim.
3.      The Vision Role
Sebuah visi adalah pernyataan yang secara relatif mendeskripsikan aspirasi atau arahan untuk masa depan organisasi. Dengan kata lain sebuah pernyataan visi harus dapat menarik perhatian tetapi tidak menimbulkan salah pemikiran.
Agar visi sesuai dengan tujuan organisasi di masa mendatang, para pemimpin harus menyusun dan manafsirkan tujuan-tujuan bagi individu dan unit-unit kerja.
4.      Peran Pembangkit Semangat
Salah satu peran kepemimpinan yang harus dijalankan oleh seorang pemimpin adalah peran membangkitkan semangat kerja. Peran ini dapat dijalankan dengan cara memberikan pujian dan dukungan. Pujian dapat diberikan dalam bentuk penghargaan dan insentif. Penghargaan adalah bentuk pujian yang tidak berbentuk uang, sementara insentif adalah pujian yang berbentuk uang atau benda yang dapat kuantifikasi. Pemberian insentif hendaknya didasarkan pada aturan yang sudah disepakati bersama dan transparan. Insentif akan efektif dalam peningkatan semangat kerja jika diberikan secara tepat, artinya sesuai dengan tingkat kebutuhan karyawan yang diberi insentif, dan disampaikan oleh pimpinan tertinggi dalam organisasi , serta diberikan dalam suatu ‘event’ khusus.
Peran membangkitkan semangat kerja dalam bentuk memberikan dukungan, bisa dilakukan melalui kata-kata , baik langsung maupun tidak langsung, dalam kalimat-kalimat yang sugestif. Dukungan juga dapat diberikan dalam bentuk peningkatan atau penambahan sarana kerja, penambahan staf yag berkualitas, perbaikan lingkungan kerja, dan semacamnya.
5.      Peran Menyampaikan Informasi
Informasi merupakan jantung kualitas perusahaan atau organisasi; artinya walaupun produk dan layanan purna jual perusahaan tersebut bagus, tetapi jika komunikasi internal dan eksternalnya tidak bagus, maka perusahaan itu tidak akan bertahan lama karena tidak akan dikenal masyarakat dan koordinasi kerja di dalamnya jelek. Penyampaian atau penyebaran informasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga informasi benar-benar sampai kepada komunikan yang dituju dan memberikan manfaat yang diharapkan.
Informasi yang disebarkan harus secara terus-menerus dimonitor agar diketahui dampak internal maupun eksternalnya. Monitoring tidak dapat dilakukan asal-asalan saja, tetapi harus betul-betul dirancang secara efektif dan sistemik. Selain itu, seorang pemimpin juga harus menjalankan peran consulting baik ke ligkungan internal organisasi maupun ke luar organisasi secara baik, sehingga tercipta budaya organisasi yang baik pula. Sebagai orang yang berada di puncak dan dipandang memiliki pengetahuan yang lebih baik dibanding yang dipimpin, seorang pemimpin juga harus mampu memberikan bimbingan yang tepat dan simpatik kepada bawahannya yang mengalami masalah dalam melaksanakan pekerjaannya.
2.3  Peranan Kepemimpin dalam Mengendalikan Konflik
Konflik dapat diibaratkan seperti api ysng dapat membakar dan menjalar kemana- man dan memusnahkan jika tidak ditangani secara baik. Proses pengendalian konflik itu bermula dari persepsi tentang konflik itu sendiri, apa komponennya dan bersumber dari mana, kemudian menuju ke tahap realisasi, penghindaran, intervensi, pemilihan strategidan implementasidan evaluasi dampak yang ditimbulkan oleh konflik.
Untuk dapat mengatasi konflik-konflik yang ada pemimpin dapat memberikan kesempatan kepada semua anggota kelompok untuk mengemukakan pendapatnya tentang kondisi - kondisi penting yang diinginkan, yang menurut persepsi masing - masing harus dipenuhi dengan pemanfaatan berbagai sumber daya dan dana yang tersedia
Meminta satu pihak menempatkan diri pada posisi orang lain, dan memberikan argumentasi kuat mengenai posisi tersebut. Kemudian posisi peran itu dibalik, pihak yang tadinya mengajukan argumentasi yang mendukung suatu gagasan seolah - olah menentangnya, dan sebaliknya pihak yang tadinya menentang satu gagasan seolah- olah mendukungnya. Setelah itu tiap - tiap pihak diberi kesempatan untuk melihat posisi oaring lain dari sudut pandang pihak lain.
Kewenangan pimpinan sebagai sumber kekuatan kelompok. Seorang manajer yang bertugas memimpin suatu kelompok, untuk mengambil suatu keputusan, atau memecahkan masalah secara efektif, perlu memiliki kemahiran menggunakan kekuaasaan dan kewenangan yang melekat pada perannya.
Beberapa cara untuk mengatasi konflik menurut Nader and Todd, dalam salah satu bukunya, The Disputing Process Law In  Ten Societies, yaitu :
Bersabar ( Lumping ), yaitu suatu tindakan yang merujuk pada sikap yang mengabaikan konflik begitu saja atau dengan kata lain isu- isu dalam konflik itu mudah untuk diabaikan, meskipun hubungan dengan orang yang berkonflik itu berlanjut, karena orang yang berkonflik kekurangan informasi atau akses hukumnya tidak kuat.
Penghindaran ( Avoidance ), yaitu suatu tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri hubungannya dengan cara meninggalkan konflik, didasarkan pada perhitungan bahwa konflik yang terjadi atau dibuat tidak memiliki kekuatan secara sosial, ekonomi dan emosional.
Kekerasan atau paksaan ( Coercion ), yaitu suatu tindakan yang diambil dalam mengataasi konflik jika dipandang bahwa dampak yang ditimbulkan membahayakan.
Negosiasi ( Negotation ) ialah tindakan yang menyangkut pandangan bahwa penyelesaian konflik dapat dilakukan oleh orang- orang yang berkonflik secara bersama – sama tanpa melibatkan pihak ketiga. Kelompok tidak mencari pencapaian solusi dan term satu aturan, tetapi membuat aturan yang dapat mengorganisasikan hubungannya dengan pihak lain.
Konsiliasi ( Conciliation ), yaitu tindakan untuk membawa semua yang berkonflik kemeja perundingan. Konsiliator tidak perlu memeinkan secara aktif satu bagian dari tahap negosiasi meskipun ia mungkin bisa melakukannya dalam batas diminta oleh yang berkonflik. Konsiliator sering menawarkan konstektual bagi adanya negosiasi dan bertindak sebagai penengah.
Mediasi ( Mediation ), hal ini menyangkut pihak ketiga yang menangani/ membantu menyelesaikan konflik agar tercapai persetujuan.
Arbritasi ( Arbritation ), kedua belah pihak yang berkonflik setuju pada keterlibatan pihak ketiga yang memiliki otoritas hokum dan mereka sebelumnya harus setuju untuk menerima keputusannya.
Peradilan ( Adjudication ), hal ini merujuk pada intervensi pihak ketiga yang berwenang untuk campur tangan dalam penyelesaian konflik, apakah pihak- pihak yang berkonfllik itu menginginkan atau tidak.
Pendekatan berikut ini dapat digunakan sebagai kontribusi peran kepemimpinan dalam mengendalikan/ menyelesaikan konflik :
Ø  Sanggup menyampaikan pokok masalah penyebab timbulnya konflik. Konflik tidak dapat diselesaikan jika permasalahan pokoknya terisolasi. Konflik sangat tergantung pada konteks dan setiap pihak yang terkait seharusnya memahami konteks tersebut. Permasalahan menjadi jelas tidak berdasarkan asumsi, melainkan jika disampaikan dalam pernyataan pasti.

Ø  Pendekatan dengan adanya konfrontasi dalam menyelesaikan konflik biasanya justru mengarahkan orang untuk membentuk kubu. Untuk itu , bicarakan pokok permasalahan, bukan siapa yang jadi penyebabnya.

Ø  Bersedia melatih diri untuk mendengarkan dan mempelajari perbedaan. Pada umumnya kemauan mendengarkan sesuatu dibarengi dengan keinginan untuk memberi tanggapan. Seharusnya kedua belah pihak berusaha untuk benar- benar saling mendengarkan

Ø  Sanggup mengajukan usul atau nasehat. Ajukan usul baru yang disadari oleh tujuan kedua belah pihak dan dapat mengakomodasikan keduanya. Tawarkan juga kesediaan untuk selalu dapat membantu perwujudan rencana- rencana tersebut

Ø  Meminimalisasi ketidakcocokan. Cari jalan tengah diantara kedua belah pihak yang sering berbeda pandangan dan pendapat. Fokslah pada persamaan dengan memppertimbangkan perbedaan yang sifatnya tidak mendasar.


BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Kepemimpinan adalah adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan[3]. Dalam pengertian lain kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi orang lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan  pengertian manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya dari anggota organsasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya[4].
Pengertian peran itu sendiri adalah adalah perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu. Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan kepemimpinan adalah seperangkat perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang pemimpin.
Ada pun beberapa peran kepemimpinan yaitu :
1.      Peran kepemimpinan dalam pengambilan keputusan
2.      Peran kepemimpinan dalam membangun tim
3.      The vision rule
4.      Peran pembangkit semangat
5.      Peran untuk menyampaikan intormasi

3.2  Saran
Penulis menyadari akan kekurangan makalah ini, oleh sebab itu diharapkan kepada pembaca untuk dapat memberi kritik dan saran yang konstruktif dalam rangka penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, kepada Allah jualah penulis menyerahkan diri serta memohon taufik dan hidayah-Nya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Pudjo Sumedi,(2010). Organisasi dan Kepemimpinan, Jakarta, Uhamka Press
Ardana, Komang, dkk. 2008. PerilakuKeorganisasian. Yogyakarta: GrahaIlmu
Rivai, Veithzal, 2007. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kamal, “Kepemimpinan dalam Organisasi,” dalam http://nda-kamal.blogspot.com/html. (21 Nopember 2009)
Roman, “Peran Kepemimpinan dalam Pengambilan Putusan,” dalam http://one.indoskripsi.com. (21 Nopember 2009)


[1] Stogdill, 1948

[3] Stogdill, 1948